Ahlan wa sahlan Para Pecinta, Para Pengidola & Para Pembela Sayyidina Muhammad SAW ::=:: Yaa Allah Robby Ku Menanti Kemenangan Dak'wah ini, kemuliaan sunnah Nabi di Negri yang ku cintai

Rabu, 27 Maret 2013

Sejarah Majelis Sholawaat Hayyun Fii Qulubina

Posted by Unknown 20.51, under | No comments

 


  Sosok Al Habib Nabiel bin Syauqi Al Qadry :

“Tanpa seorang pendidik, murid tidak akan tahu apa-apa. Saya tahu Rabb saya karena ada seorang murabbi, pendidik. Kalau pengajar, banyak sekali. Tapi pendidik, langka.”
 

Muda usianya tapi dalam ilmunya. Itulah kesan yang melekat pada diri Habib Nabiel bin Syauqi Al-Qadri, pengasuh Majelis Ta’lim dan Shalawat Hayyun Fii Qulubinaa. Pribadi­nya ramah dan komunikatif, riang dan ter­buka, bersikap selalu rendah hati dan membuat lawan bicaranya betah berko­munikasi dengannya.

Di daerah Larangan, Cileduk, Jakar­ta Selatan, khususnya, dan Jakarta Ba­rat umumnya, nama Habib Nabiel sudah ti­dak asing lagi. Sekarang majelisnya su­dah menyebar ke berbagai tempat se­hingga sudah mempunyai tiga  belas korwil.

Ia lahir dan dibesarkan di daerah Larangan, Cileduk, 28 tahun yang lalu, dari keluarga yang mencintai pendidik­an. Ayahnya, Habib Syauqi, adalah  di­rektur Jamiat Kheir. Dari kecil, ia sudah mendapat arahan dan bimbingan dalam hal agama, jenjang pendidikannya pun tidak terlepas dari pesantren dan se­kolah agama. Sebelum mondok di Pon­dok Pesantren Darul Lug­hah wad Da’wah, Bangil, Jawa Timur, ia menjadi santri di Pesantren Al-Hami­diyah, De­pok, Jawa Barat.

Selepas dari Bangil, Habib Nabiel me­lanjutkan menuntut ilmu ke Darul Mus­thafa, Hadhramaut, di bawah bimbingan Habib Umar Bin Hafidz. Di Hadhramaut, Habib Nabiel banyak sekali mendapat­kan bimbingan, ilmu, dan teladan dari Ha­bib Umar Bin Hafidz, juga dari Habib Ali Al-Jufri, karena ia sempat menjadi pem­bantu (khadim) Habib Ali Al-Jufri.

“Kalau kita ingin belajar ke Hadhra­maut, harus mempunyai dasar yang kuat. Bahasa Arab harus dimatangkan. Kalau perlu, sudah mempunyai hafalan Al-Qur’an,” ujar ayah satu putri ini de­ngan suaranya yang empuk.

“Setelah itu kita tanyakan kepada diri kita, untuk apa belajar ke Hadhramaut, bukankah tanah air juga gudangnya ilmu agama, nahwu, dan sharaf, para ahlinya terkenal dari Indonesia, lalu, kalau mau belajar ceramah, Mesir terkenal sebagai pusatnya? Mengapa harus ke Hadhra­maut? Kita datang ke Hadhramaut untuk barakatul ‘ilmi, mencari berkah ilmu. Ke­berkahan ilmu itu berawal dari penga­mal­an ilmu, dan itu yang kuat menjaga­nya di Hadhramaut,” ujarnya.

“Yang saya pelajari di Hadhramaut kitab yang sudah dipelajari di Bangil tapi berkahnya berbeda. Saya mengulang ki­tab itu tapi di samping itu saya juga me­lihat contoh dan perilaku Habib Umar, apa yang beliau lakukan. Tatkala pagi datang, sambil terkantuk beliau tetap mengajar, secercah sinar matahari me­nerpa tubuh­nya. Walau kadang lelah, dak­wah terus berjalan. Lalu saya me­nyaksikan bagai­mana interaksi beliau dengan yang tua, dengan yang muda, de­ngan anak-anak, dengan yang non­muslim.

"Tanpa seorang pendidik, murid tidak akan tahu apa-apa. Saya tahu Rabb saya karena ada seorang murabbi, pen­didik. Kalau pengajar, banyak sekali. Tapi pendidik, langka.”
Hidup di Dalam Qalbu

Setelah menuntut ilmu selama empat tahun di Darul Musthafa, Habib Nabiel kembali ke tanah air pada tahun 2007. Ia menginformasikan bahwa di Darul Musthafa sekarang sudah ada gelar “Lc” untuk alumninya. Ini berawal dari kepri­hatinan Habib Umar Bin Hafidz terhadap para alumnus Darul Musthafa yang ber­asal dari beberapa negara. Setelah me­nuntut ilmu sekian lama di Hadhramaut, hanya untuk mendapat gelar mampir se­bentar ke Mesir. Untuk itulah, sekarang ada gelar.

Habib Nabiel mengakui, abahnya sa­ngat berperan memberikan nasihat, do­rongan, dan masukan tanpa lelah. Abah­nya mendorongnya memperkenalkan diri kepada masyarakat setelah pulang ke tanah air.

“Hadiri terus majelis ta’lim, jaga hubungan dengan masyarakat, per­kenalkan diri dengan santun, jangan de­ngan cara memaksakan diri, atau me­ngatakan ‘Ini lho ana’,” ujarnya meniru­kan nasihat abahnya.

Habib Nabiel pun menghadiri ta’lim di Majelis Rasulullah, pimpinan Habib Munzir Al-Musawa. Ia sempat deg-deg­an saat hadir pertama kali melihat ja­ma’ah yang demikian banyak. Ia diberi tempat oleh seniornya, Habib Munzir, dan disambut dengan sangat baik. Saat itu Habib Munzir mengatakan kepada­nya agar pekan selanjutnya ia mengisi taushiyah.



Sejarah Majelis : 





Al Habib Ali bin Abdurrahman Al Jufri bersama Al Habib Nabiel bin Syauqi Al Qadry
 
Waktu pun berjalan seiring semakin banyak ta’lim yang diisinya, di Menteng Dalam. Atas arahan K.H. Abdurrahman Nawi, ia pun mendirikan majelis ta’lim dan shalawat yang oleh abahnya diusul­kan namanya “Hayyun fii Qulubinaa”, hidup di dalam qalbu. Beberapa waktu kemudian ketika Habib Ali Al-Jufri ber­kunjung ke Indonesia, nama tersebut di­resmikan.




Di majelisnya, selain shalawat, pem­bacaan Maulid, ada juga pembacaan hizb (doa-doa perlindungan) Bin Sahil, lalu kitab-kitab fiqih, Riyadhus Shalihin, tafsir, tauhid, dan taushiyah. Hampir se­mua ta’lim berlangsung malam hari, ke­cuali untuk ibu-ibu, berlangsung siang hari, di beberapa tempat.
Dalam berdakwah, Habib Nabiel ber­usaha semaksimal mungkin memadu­kan ketegasan dan kelembutan. Kepada yang muda ia selalu mengingatkan agar menjaga akhlaq sebagai anak majelis. Anak majelis harus taat peraturan, kalau berlalu lintas taati rambu-rambu, jangan suka menyerobot.

“Kita anak majelis, bu­kan anak geng motor.”

Ada yang membuatnya sangat ber­semangat ketika menjalani tugas dak­wah, yaitu semangat belajar orang-orang tua di majelis yang dibinanya. Mi­salnya di Kramat Jati, orang tua mem­bawa buku untuk mencatat, itu mem­buat­nya terpacu untuk juga punya per­siapan yang baik sebelum memberikan ta’lim. Yang tua-tua saja mencatat, tentu yang muda merasa tertantang juga. Yang tua saja masih bersemangat, apa­lagi yang muda. Ada bukti untuk anak-cucu berupa catatan.




Majelis Sholawaat Hayyun Fii Qulubina selalu mengadakan Tabligh Akbar disetiap malam minggunya,biasanya diadakan di Muhola,di Masjid atau dijalan jalan perkampungan ,yang disetiap malam minggunya selalu berpindah pindah tempat.

Bila sahabat fillah melewati daerah Ciledug - Kota Tangerang dan sekitarnya, kawasan ini selalu ramai dihiasi oleh Umbul - umbul berwarna Kuning dan Biru sebagai wujud Syi'ar Majelis Sholawaat Hayyun Fii QUlubina,yang akan Dihadiri oleh Ribuan Jama'ah yang mayoritasnya para pemuda dan pemudi SE-Kota Tangerang.



مجلس صلوات حين فيقولوبنا   
الحبيب نبيل بين سياق القادري
::::====================::::===================::::
Sekretariat Majelis Sholawaat Hayyun Fii Qulubina
JL. Mawar Raya Blok OIII No.3 Komp. Larangan Indah, 
Larangan Utara - Ciledug, Kota Tangerang

Info Jadwal   :
Rahmat Hidayat  : 08998336919
Syatiri Ahmad     : 089630012133



0 komentar:

Posting Komentar